Rabu, 28 Januari 2009

Boleh Gonta-Ganti Bensin, Asal . . . .



Turunnya harga bahan bakar jenis Pertamax dari Rp 8.200 menjadi Rp 7.000 membuat
pemilik mobil beralih ke bahan bakar beroktan 92. Karena dengan premium, selisihnya
harga hanya terpaut Rp 1.000. Kalau sampai premium kemudian ikutan turun, ya kembali
lagi ke premium.

Masalahnya, ada menanyakan, apakah mesin mobil tidak rusak dengan gonti-ganti
bahan bakar? "Tidak, asal gonta-gantinya dengan bahan bakar sejenis,"

Yang dimaksud bahan bakar sejenis itu, jika sebelumnya pakai premium dari Pertamina
dan naik ke pertamax juga dari Pertamina. Kerusakan bisa terjadi bila dari premium
Pertamina trus pertamaxnya pakai punya swasta atau sebaliknya.

Sebab, setiap jenis bahan bakar dari masing-masing perusahaan mempunyai formula
yang berbeda. Kalau percampurannya berlangsung cepat, mungkin tidak menjadi masalah.
Sangat berbahaya jika persenyawaannya lamban bisa membentuk jelaga (semacam butiran
halus yang lunak) bertumpuk-tumpuk.

Repotnya, kalau permasalahannya sudah terjadi sebelum masuk ke mesin. Di antaranya, menyangkut kualitas bahan bakar. Seumpama bensinnya palsu membuat pembakaran tidak sempurna. Kemudian, efek dari persenyawan kimia lamban tadi sampai menimbulkan jelaga.

Mengenai perlunya dilakukan servis, untuk mobil berteknologi injeksi tak perlu. Pasalnya,
mobil injection sudah otomatis menyesuaikan diri (adjust). Beda dengan mobil dilengkapi
sistem karburator, perlu ada penyesuaian timing pengapian.

Kepada pemilik mobil, harus memahami akan spesifikasi kendaraannya. "Kalau sudah tahu
harga mobil di atas Rp 300 juta, tentu minum bahan bakar beroktan 92. Jangan lantas diisi premium, secara perlahan performa mobil akan turun,"

Tidak ada komentar: